1. Sering membeli barang yang tidak diperlukan
Orang yang lebih memilih untuk menghabiskan uang untuk membeli barang dibandingkan menabung memiliki kecenderungan yang besar untuk terlilit utang. Konsumsi yang berlebihan hanya akan membuat Anda kesulitan dalam mengatur keuangan.
2. Lebih memilih untuk membayar dengan kartu kredit/Mencicil/, Harusnya DISIPLIN Menabung dan bergaya hidup Sederhana.
Kartu kredit bukanlah jawaban dari permasalahan. Banyak orang yang memilih untuk membeli sesuatu dengan kartu kredit karena dianggap memiliki kemudahan untuk membayar. Sikap seoarang muslim jika menginginkan sesuatu adalah bersabar dan bekerja keras jika menginginkan sesuatu. Bukan memilih mengmbil barang sesuatu dengan kredit/mencicil yang kita tidak tau apakah hari esok kita masih mampu membayarnya atau tidak. Kuncinya ada alh disiplin,
3. Terlalu fanatik dengan merek tertentu
Merek atau brand memiliki identitasnya tersendiri di masyarakat. Satu keunggulan yang dapat didapat adalah seseorang dapat meningkatkan status sosialnya dengan menggunakan merek tertentu. Namun terlalu fanatik pada merek tertentu justru dapat berefek negatif pada diri Anda.
4. Selalu membeli barang mewah
Ada kalanya Anda ingin memuaskan keinginan dengan membeli barang mewah tertentu. Namun terlalu sering membeli barang mewah justru akan merugikan diri Anda.
5. Tidak punya anggaran belanja
Satu hal yang harus dimiliki semua orang adalah anggaran keuangan. Mengikuti anggaran keuangan yang telah dibuat akan membuat Anda lebih bijak dalam mengatur urusan finansial.
5 Cara Mudah Agar Kamu Tidak Berutang di Usia Muda
Banyak orang yang sering mengeluh, kenapa belum juga sukses secara finansial. Bisa jadi salah satunya karena kesehatan finansialnya tak terpelihara dengan baik. Artinya, pendapatanmu kecil, pengelolaan uang buruk, dan bahkan punya banyak utang. Nah, utang inilah yang sebenarnya paling menghambatmu untuk bisa jadi kaya.
Utang, sebenarnya tidak selalu buruk. Ketika kamu mendadak membutuhkan uang, misalnya terjadi kecelakaan atau operasi, kamu diperbolehkan untuk meminjam uang. Baik pinjam dari teman, atau dari bank. Masalahnya, ada beberapa orang yang memang sering pinjam uang padahal tidak ada kejadian yang mendesak. Ini justru akan membuat mereka kesulitan dalam meningkatkan kekayaan. Nah, supaya kamu tidak berutang, lakukan lima hal di bawah ini, ya!
Hindari kartu kredit. Banyak anak muda terlilit utang akibat penggunaan kartu kredit yang tidak benar. Kartu kredit sebenarnya diciptakan untuk memudahkan transaksi. Bukannya menjadikan kartu kredit sebagai ladang uang. Masalahnya, banyak anak muda yang menggunakan kartu kredit tanpa berpikir sanggup atau tidak untuk membayarnya. Akhirnya telat membayar dan denda pun berlipat ganda.
Sisihkan Penghasilan Untuk Ditabung dan Biaya Tak terduga
Kebanyakan, anak muda kurang memperhitungkan kebutuhan di masa depan. Mereka mungkin menghitung berapa jumlah seluruh biaya hingga bulan depan. Termasuk ongkos, makan, cicilan, dan pulsa. Masalahnya, mereka lupa untuk menghitung biaya jaga-jaga. Ketika ada kebutuhan yang mendesak di luar perhitungan biaya awal, kamu akhirnya terpaksa berutang lagi.
Terima saja kalau kamu tidak bisa hidup bermewah-mewahan setiap waktu
Terima saja kalau kamu tidak bisa hidup bermewah-mewahan setiap waktu. Penyebab utama kenapa orang tidak bisa jadi kaya karena pengeluarannya lebih besar dari penghasilan. Sebagian orang menggunakan uangnya untuk hidup bermewah-mewahan. Belanja banyak baju mahal, nongkrong di kafe atau restoran super class, dan menghabiskan uang untuk hal yang tidak dibutuhkannya. Makanya, kata Bob Sadino, kalau mau kaya, jangan sampai pengeluaranmu lebih besar dari pendapatan.
Belajarlah untuk bersyukur.
Banyak orang yang tidak puas dengan apa yang dia miliki. Melihat banyak orang yang sanggup menghabiskan ratusan ribu untuk sekali makan di sebuh restoran, mereka pun ingin hidup seperti orang super kaya. Padahal, makan di sebuah restoran sederhana atau bahkan makan di rumah pun sudah membuat perutnya kenyang. Belajarlah untuk bersyukur sehingga kamu tidak memiliki keinginan untuk hidup seperti orang lain.
Bayarlah utang tepat waktu menggunakan tabunganmu.
Jika sekarang ini kamu terlanjur berutang, sebaiknya bayarlah tepat waktu. Kamu pasti memiliki sebagian uang di akun bankmu. Gunakan saja tabunganmu untuk melunasi utang. Tapi, setelah ini, jangan sampai kamu berutang/Mencicil/Mengambil Kredit lagi, ya.
Bagi Anda yang masih memiliki hutang, bisa mencoba beberapa cara dibawah ini agar bisa segera terbebas;
1. Cara pertama ini adalah yang paling manjur tetapi sayang justru banyak yang menyepelekan, yakni do’a. Hafalkan doa-doa penghapus hutang yang shahih, hafalkan dan panjatkanlah doa tersebut setiap saat dengan hati. Yakinilah bahwa doa tersebut sebagai wasilah yang membantu melunasi hutang kita.
Bagaimana bisa kita meminta kepada manusia dengan harapan akan diberi, sementara meminta kepada Allah -Yang Maha Kaya- dengan pesimis? Yakinlah 100% bahwa Allah akan mengabulkan doa kita, yakinlah bahwa hutang kita akan dilunasi Allah.
2. Bangun di sepertiga malam, sholat dan tengadahkan tangan sambil memelas kepada Allah meminta agar dilunasi hutang-hutang kita. Jika belum juga lunas, terus lah meminta di waktu itu, dan sekali lagi yakinlah bahwa Allah akan menolong kita. Sempat ragu dan putus asa setelah lama berdoa kok utang saya tidak kunjung lunas? Nah, dalam keputusasaan itulah saya justru bangkit dan semakin menggiatkan usaha saya dalam berdoa dan bekerja, saat itulah saya yakin bahwa sebentar lagi Allah akan mengabulkan doa saya. Allahuakbar, ternyata benar.. Tidak lama kemudian ada saja jalan untuk melunasi hutang-hutang saya.
3. Bekerjalah lebih keras dari biasanya agar rizki Anda lebih banyak dari biasanya, dan agar sisa kelebihan rizki tersebut bisa untuk mencicil hutang kita.
Memang, biasanya orang yang sedang terlilit hutang justru kerjanya malas-malasan, karena faktor mental. Ya, sayapun pernah mengalaminya. Rubahlah mindset kita, bahwa saat itu adalah saat yang tepat untuk bekerja lebih keras, bahkan lebih keras dari biasanya.
4. Jangan berpikir menutup utang dengan utang, atau bahasa gaulnya ‘tutup lobang gali lobang’. Adalah kesalahan seorang yang menutup hutang dengan hutang, karena hutangnya akan semakin banyak. Lebih tepat adalah dengan menjual aset.
5. Milikilah komitmen untuk tidak bermudah-mudah dengan hutang Berjanjilah untuk tidak berhutang lagi -kecuali keadaan terpaksa- Hiduplah dengan apa adanya, syukurilah apa yang kita miliki saat ini, jangan menginginkan sesuatu yang lebih yang belum kita miliki dengan hasrat tinggi yang akhirnya memaksa kita berhutang demi memenuhi hasrat kita.
6. Terakhir, dan ini sangat penting.. Jika terpaksa berhutang, maka perhatikanlah 2 hal;
- Datanglah kepada orang yang Anda yakini bisa memberi hutang kepada Anda.
- Dan orang tersebut bisa menjaga rahasia. Jangan sampai hutang Anda tersebar kemana-mana yang akan menjatuhkan harga diri Anda. Bahasa kasarnya, jangan berhutang kepada orang yang suka “ngember”. Jangan lupa bayar/lunasi utang tersebut tepat pada waktunya.
Semoga kita semua bisa terbebas dari segala hutang, karena hutang jika tidak lunas didunia, dia akan ditagih diakherat kelak.(Oleh: Jumat Suryawan,ST (Pengurus KPMI Korwil Yogyakarta, Beliau juga seorang pengusaha komputer)
Keutamaan sifat tawadhu’ disebutkan dalam hadits dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ وَمَا زَادَ اللَّهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلاَّ عِزًّا وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلاَّ رَفَعَهُ اللَّهُ
“Sedekah tidaklah mengurangi harta. Tidaklah Allah menambahkan kepada seorang hamba sifat pemaaf melainkan akan semakin memuliakan dirinya. Dan juga tidaklah seseorang memiliki sifat tawadhu’ (rendah diri) karena Allah melainkan Allah akan meninggikannya”
(HR. Muslim no. 2588).
Yang dimaksudkan di sini, Allah akan meninggikan derajatnya di dunia maupun di akhirat. Di dunia, orang akan menganggapnya mulia, Allah pun akan memuliakan dirinya di tengah-tengah manusia, dan kedudukannya akhirnya semakin mulia. Sedangkan di akhirat, Allah akan memberinya pahala dan meninggikan derajatnya karena sifat tawadhu’nya di dunia (Lihat Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, 16: 142)
Tipa Agar Tidak Terjerumus dalam Transaksi Hutang Riba
Gencarnya media dalam menampilkan kehidupan yang serba mewah telah menimbulkan gaya hidup konsumsif dalam masyarakat kita. Tidak hanya terjadi di kota-kota besar, gaya hidup konsumtif pun mulai merambah ke pelosok-pelosok desa. Seiring dengan menjamurnya lembaga-lembaga keuangan yang memberikan kredit dengan cara yang sangat mudah, masyarakat yang konsumtif jadi merasa mudah dalam membeli sesuatu untuk memenuhi hasratnya. Tinggal mengisi formulir pengajuan kredit, menandatanganinya, barang pun akan terbeli. Masalah bagaimana melunasinya urusan belakang. Yang penting menikmati dulu barangnya, menikmati rasa gengsi yang timbul karena membeli barang mahal. Apa manfaat dari barang yang dibeli seringkali justru menjadi pertimbangan kedua. Masalah mulai timbul ketika tagihan kredit datang di kemudian hari, yang ternyata jumlahnya membengkak akibat bunga berbunga yang diterapkan.
Intinya, masyarakat di zaman penuh ‘wah’ saat ini, untuk mendapatkan barang mewah mau saja terjun dalam praktek riba. Benarlah sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
لَيَأْتِيَنَّ عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ لاَ يُبَالِى الْمَرْءُ بِمَا أَخَذَ الْمَالَ ، أَمِنْ حَلاَلٍ أَمْ مِنْ حَرَامٍ
“Akan datang suatu zaman di mana manusia tidak lagi peduli dari mana mereka mendapatkan harta, apakah dari usaha yang halal atau yang haram.” (HR. Bukhari no. 2083, dari Abu Hurairah). Tentu Allah tidak meridhoi hal ini, bahkan Allah murkai. Lalu bagaimana kiat agar kita tidak mudah terjerumus dalam praktek riba? Beberapa kiat tersebut akan penulis utarakan dalam tulisan sederhana berikut ini.
Kiat Pertama: Berilmu Dulu Sebelum Membeli
Dalam bertindak, Islam selalu mengajarkan berilmulah terlebih dahulu. Dalam masalah ibadah, Islam mengajarkan hal ini agar amalan seseorang tidak sia-sia. Dalam masalah muamalah pun demikian. Karena jika tidak diindahkan, malah bisa terjerumus dalam sesuatu yang diharamkan. Semisal seorang pedagang, hendaklah ia paham seputar hukum jual beli. Jika ia tidak memahaminya, bisa jadi ia memakan riba atau menikmati rizki dengan cara yang tidak halal. ‘Ali bin Abi Tholib mengatakan,
مَنْ اتَّجَرَ قَبْلَ أَنْ يَتَفَقَّهَ ارْتَطَمَ فِي الرِّبَا ثُمَّ ارْتَطَمَ ثُمَّ ارْتَطَمَ
“Barangsiapa yang berdagang namun belum memahami ilmu agama, maka dia pasti akan terjerumus dalam riba, kemudian dia akan terjerumus ke dalamnya dan terus menerus terjerumus.”
Lihatlah pula apa kata ‘Umar bin Khottob radhiyallahu ‘anhu. Beliau berkata,
لَا يَتَّجِرْ فِي سُوقِنَا إلَّا مَنْ فَقِهَ أَكْلَ الرِّبَا
“Janganlah seseorang berdagang di pasar kami sampai dia paham betul mengenai seluk beluk riba.” (Lihat Mughnil Muhtaj, 6: 310)
Hal di atas bukan hanya berlaku bagi penjual atau si pedagang, namun berlaku juga untuk pembeli. Pembeli pun harus tahu seluk beluk jual beli sebelum bertindak. Sedikit sekali nasabah perkreditan rumah, mobil atau motor yang mengetahui bagaimanakah hakekat sebenarnya jual beli kredit yang mereka lakukan. Awalnya rumah tersebut ditawarkan oleh pihak A, namun urusan pelunasan nantinya di Bank Perkreditan. Ini hakekatnya bisa jadi transaksi riba atau menjual barang yang belum dimiliki secara sempurna. Jika kita menilik transaksi tersebut, pihak perkreditan pada hakekatnya memberikan pinjaman kepada kita yang ingin membeli rumah, lalu mereka meminta kita mengembalikan pinjaman tadi secara berlebih. Padahal para ulama sepakat, “Setiap utang yang ditarik keuntungan, maka itu adalah riba”. Coba dari awal si nasabah atau si pembeli tadi mengetahui pengertian riba dan berbagai macam bentuk riba. Dan saat ini perlu sekali setiap orang mendalami hakekat riba karena riba semakin diakal-akali dengan nama yang terlihat syar’i. Minimal, banyaklah bertanya pada para ulama yang lebih berilmu sehingga kita pun selamat dari riba sampai debu-debunya.
Kiat Kedua: Mengetahui Bahaya Riba
Setelah mengetahui definisi riba dan berbagai bentuknya, mengetahui bahaya riba akan semakin membuat seorang muslim menjauhinya transaksi haram tersebut. Karena dengan mengetahui ancaman-ancaman riba, tentu ia enggan terjerumus dalam riba. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
دِرْهَمُ رِبًا يَأْكُلُهُ الرَّجُلُ وَهُوَ يَعْلَمُ أَشَدُّ مِنْ سِتَّةِ وَثَلاَثِيْنَ زَنْيَةً
“Satu dirham yang dimakan oleh seseorang dari transaksi riba sedangkan dia mengetahui, lebih besar dosanya daripada melakukan perbuatan zina sebanyak 36 kali” (HR. Ahmad 5: 225. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih sebagaimana dalam As Silsilah Ash Shohihah no. 1033).
Dalam hadits yang lain disebutkan,
الرِبَا ثَلاَثَةٌ وَسَبْعُوْنَ بَابًا أيْسَرُهَا مِثْلُ أَنْ يَنْكِحَ الرُّجُلُ أُمَّهُ وَإِنْ أَرْبَى الرِّبَا عِرْضُ الرَّجُلِ الْمُسْلِمِ
“Riba itu ada 73 pintu (dosa). Yang paling ringan adalah semisal dosa seseorang yang menzinai ibu kandungnya sendiri. Sedangkan riba yang paling besar adalah apabila seseorang melanggar kehormatan saudaranya.” (HR. Al Hakim dan Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih dilihat dari jalur lainnya).
Dosa riba bukan hanya berlaku bagi kreditur, pihak perkreditan atau bank, namun si nasabah atau debitur juga mendapatkan dosa. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَعَنَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- آكِلَ الرِّبَا وَمُوكِلَهُ وَكَاتِبَهُ وَشَاهِدَيْهِ وَقَالَ هُمْ سَوَاءٌ
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat pemakan riba (rentenir), orang yang menyerahkan riba (nasabah), pencatat riba (sekretaris) dan dua orang saksinya.” Beliau mengatakan, “Mereka semua itu sama (karena sama-sama melakukan yang haram)” (HR. Muslim no. 1598).
Kiat Ketiga: Tidak Bermudah-mudahan dalam Berutang/Mencicil/kredit
Islam menerangkan agar kita tidak terlalu bermudah-mudahan untuk berutang. Orang yang berutang dan ia enggan melunasinya –padahal ia mampu – sungguh sangat tercela.
Dari Ibnu ‘Umar, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ مَاتَ وَعَلَيْهِ دِينَارٌ أَوْ دِرْهَمٌ قُضِىَ مِنْ حَسَنَاتِهِ لَيْسَ ثَمَّ دِينَارٌ وَلاَ دِرْهَمٌ
“Barangsiapa yang mati dalam keadaan masih memiliki hutang satu dinar atau satu dirham, maka hutang tersebut akan dilunasi dengan kebaikannya (di hari kiamat nanti) karena di sana (di akhirat) tidak ada lagi dinar dan dirham” (HR. Ibnu Majah no. 2414. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).
Dari Shuhaib Al Khoir, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَيُّمَا رَجُلٍ يَدَيَّنُ دَيْنًا وَهُوَ مُجْمِعٌ أَنْ لاَ يُوَفِّيَهُ إِيَّاهُ لَقِىَ اللَّهَ سَارِقًا
“Siapa saja yang berhutang lalu berniat tidak mau melunasinya, maka dia akan bertemu Allah (pada hari kiamat) dalam status sebagai pencuri” (HR. Ibnu Majah no. 2410. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih). Berhutanglah ketika perlu dan yakin mampu melunasinya! Karena kita pun tidak mengetahui kondisi kita nantinya, apakah kita bisa melunasi kreditan kita.
Kiat Keempat: Milikilah Sifat Qona’ah
Tidak merasa cukup, alias tidak memiliki sifat qona’ah, itulah yang membuat orang ingin hidup mewah-mewahan. Padahal penghasilannya biasa, namun karena ingin seperti orang kaya yang memiliki smart phone mahal, mobil mewah dan rumah layak istana, akhirnya jalan kreditlah yang ditempuh. Dan kebanyakan kredit yang ada tidak jauh-jauh dari riba, bahkan termasuk pula yang memakai istilah syar’i sekali pun sepertimurabahah. Menggunakan handphone biasa asalkan bisa berkomunikasi, atau menggunakan motor yang memang lebih pas untuk keadaan jalan di negeri kita yang tidak terlalu lebar, atau hidup di rumah kontrakan, sebenarnya terasa lebih aman dan selamat dari riba untuk saat ini. Cobalah kita belajar untuk memiliki sifat qona’ah, selalu merasa cukup dengan rizki yang Allah anugerahkan, maka tentu kita tidak selalu melihat indahnya rumput di rumah tetangga karena taman di rumah kita pun masih terasa sejuk.
Dari Abu Hurairah, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ الْعَرَضِ ، وَلَكِنَّ الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ
“Kaya bukanlah diukur dengan banyaknya kemewahan dunia. Namun kaya (ghina’) adalah hati yang selalu merasa cukup.” (HR. Bukhari no. 6446 dan Muslim no. 1051). Kata para ulama, “Kaya hati adalah merasa cukup pada segala yang engkau butuh. Jika lebih dari itu dan terus engkau cari, maka itu berarti bukanlah ghina (kaya hati), namun malah fakir (hati yang miskin)” (Lihat Fathul Bari, 11: 272).
Jika seorang muslim memperhatikan orang di bawahnya dalam hal dunia, itu pun akan membuat ia semakin bersyukur atas rizki Allah dan akan selalu merasa cukup. Berbeda halnya jika yang ia perhatikan selalu orang yang lebih dari dirinya dalam masalah harta. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
انْظُرُوا إِلَى مَنْ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَلاَ تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ فَهُوَ أَجْدَرُ أَنْ لاَ تَزْدَرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ
“Pandanglah orang yang berada di bawahmu (dalam masalah harta dan dunia) dan janganlah engkau pandang orang yang berada di atasmu (dalam masalah ini). Dengan demikian, hal itu akan membuatmu tidak meremehkan nikmat Allah padamu.” (HR. Muslim no. 2963).
Orang yang memiliki sifat qona’ah sungguh terpuji. Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
قَدْ أَفْلَحَ مَنْ أَسْلَمَ وَرُزِقَ كَفَافًا وَقَنَّعَهُ اللَّهُ بِمَا آتَاهُ
“Sungguh sangat beruntung orang yang telah masuk Islam, diberikan rizki yang cukup dan Allah menjadikannya sifat qona’ah (merasa puas) dengan apa yang diberikan kepadanya” (HR. Muslim no. 1054). Nabi kita –shallallahu ‘alaihi wa sallam- sendiri selalu memohon kepada Allah agar dianugerahkan sifat qona’ah dalam do’anya,
اللَّهُمَّ إنِّي أسْألُكَ الهُدَى ، والتُّقَى ، والعَفَافَ ، والغِنَى
“Allahumma inni as-alukal huda wat tuqo wal ‘afaf wal ghina” (Ya Allah, aku meminta pada-Mu petunjuk, ketakwaan, diberikan sifat ‘afaf –terhindar dari yang haram- dan sifat ghina –selalu merasa cukup-).” (HR. Muslim no. 2721).
Kiat Kelima: Perbanyaklah Do’a
Kiat terakhir yang juga jangan terlupakan adalah memperbanyak do’a. Karena kita bisa terhindar dari yang haram, tentu saja dengan pertolongan Allah termasuk dalam masalah riba. Di antara do’a yang bisa kita panjatkan,
اللَّهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ فِعْلَ الْخَيْرَاتِ وَتَرْكَ الْمُنْكَرَاتِ
“Allahumma inni as-aluka fi’lal khoiroot, wa tarkal munkaroot” (Ya Allah, aku memohon kepada-Mu untuk mudah melakukan berbagai kebajikan dan meninggalkan berbagai kemungkaran) (HR. Tirmidzi no. 3233, dari Ibnu ‘Abbas. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).
Juga perbanyaklah do’a agar bisa terbebas dari utang,
اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْمَأْثَمِ وَالْمَغْرَمِ
“Allahumma inni a’udzu bika minal ma’tsami wal maghrom” (Ya Allah, aku berlindung pada-Mu dari dosa dan terlilit utang). Dalam lanjutan hadits tersebut disebutkan bahwa ada seseorang yang bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, kenapa beliau banyak meminta perlindungan dari utang. Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ الرَّجُلَ إِذَا غَرِمَ حَدَّثَ فَكَذَبَ، وَوَعَدَ فَأَخْلَفَ
“Seseorang yang terlilit utang biasa akan sering berdusta jika berucap dan ketika berjanji sering diingkari” (HR. Bukhari no. 832 dan Muslim no. 589).
Ya Allah, berikanlah kepada kami hati/sifat qona’ah, dijauhkan dari yang haram, serta dijauhkan dari riba dan debu-debunya.
Kiat Keenam: Bantulah Orang Lain Yang Sedang Dalam Kesempitan
Bantulah dengan ikhlas orang disekitar kita, tidak harus dengan uang, bisa tenaga, pikiran, dan lainnya
Barangsiapa ingin agar do'anya terkabul dan kesulitan-kesulitannya teratasi hendaklah dia menolong orang yang dalam kesempitan. (HR. Ahmad)
Kiat Keetujuh: Jagalah Wudhu
Menjaga wudhu adalah berusaha menjauhi atau menghindari hal-hal yang dapat membatalkan wudhu setelah kita berwudhu. Menhindari / menjauhi seluruh anggota tubuh dari berbuat dosa secara fisik, lisan, tatapan mata , dan hati.
Keutamaan menjaga wudhu
1. Dicintai Allah
إِنَّ اللهَ يُحِبُّ التَّوَّابِيْنَ وَ يُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِيْنَ
Seungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan mencintai orang-orang yang mensucikan diri (Al-Baqoroh :222)Selesai sudah kalau Allah cinta sama kita, bayangin aja coba, gimana kalo kamu lagi jatuh cinta. Pasti semua yang diminta akan kamu kasih, kamu turutin, iya kan....... ya iya lah. Kecuali kamu pelit, atau kamu gak punya. Tapi Allah Maha Pengasih, Maha Pemurah, maha Kaya. Yang tidak kita minta saja dikasih apalagi kalau kita minta.
2. Membuat Kita Lebih Berhati-hati Dalam Berbuat
Saat kita berada dalam keadaan suci dan kita sadar akan hal itu pasti akan membuat kita menjadi lebih menjaga diri kita dari hal hal yang mendatangkan keburukan. Misalnya kita akan berusaha menjaga lisan kita. Trus masa iya orang yang menjaga wudhunya kepikiran mau nyolong kotak amal.
3. Membuat wajah menjadi cerah
Kalau ingin mukanya kinclong ya tinggal sering-sering berwudhu saja. Dijamin manjur, selain itu ada aura yang tak terlihat, bahwa orang yang menjaga wudhu wajahnya akan nyaman jika dipandang
4. Tanda keimanan
اعْلَمُوا أَنَّ خَيْرَ أَعْمَالِكُمُ الصَّلاَةُ وَلاَ يُحَافِظُ عَلَى الْوُضُوءِ إِلاَّ مُؤْمِنٌ
Artinya : “.. dan ketahuilah sebaik-baik amal kalian adalah shalat dan tidaklah menjaga wudhu melainkan orang-orang yang beriman.” (HR. Ibnu Majah dan Ahmad; shahih)
5. Menghapus dosa, meninggikan derajat. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ أَلاَ أَدُلُّكُمْ عَلَى مَا يَمْحُو اللَّهُ بِهِ الْخَطَايَا وَيَرْفَعُ بِهِ الدَّرَجَاتِ. قَالُوا بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ. قَالَ
إِسْبَاغُ الْوُضُوءِ عَلَى الْمَكَارِهِ وَكَثْرَةُ الْخُطَا إِلَى الْمَسَاجِدِ وَانْتِظَارُ الصَّلاَةِ بَعْدَ الصَّلاَةِ فَذَلِكُمُ الرِّبَاطُ
Artinya: "Maukah kalian untuk aku tunjukkan atas sesuatu yang dengannya Allah menghapus kesalahan-kesalahan dan mengangkat derajat?" Mereka (para sahabat) menjawab, "Tentu, wahai Rasulullah." Beliau bersabda: "Menyempurnakan wudhu pada kondisi yang susah (seperti keadaan yang sangat dingin), banyak berjalan ke masjid, dan menunggu shalat berikutnya setelah shalat. Maka itulah ribath." (HR. Muslim)
Rezeki seret, selalu ditimpa musibah, hidup serba kekurangan, keluarga tidak tenang, selalu dihantui kesulitan, hati tidak dibuat tenang atau terlilit hutang? Apa pun kesulitan yang Anda rasakan, itu semua pasti ada penyebabnya.
Sekarang coba bayangkan lantai rumah Anda. Suatu hari, di lantai itu banyak air tergenang. Karena Anda tidak mau lantai Anda kotor atau basah karena air, maka Anda pel lantai itu. Keesokan harinya, turunlah hujan. Lantai Anda kembali digenangi air. Anda pel lagi lantai itu, kemudian selesailah masalah lantai yang tergenang air pada hari itu.
Esok harinya, hujan kembali turun, dan lantai Anda kembali tergenang air lalu Anda pel lagi lantainya sampai kering. Begitu seterusnya, setiap kali lantai itu basah, Anda pel dan pel lagi sampai kering. Artinya, akar permasalahannya belum Anda selesaikan, ya kan?
Coba Anda lihat ke atas, cari dimana sumber yang mengakibatkan air terus menggenangi lantai Anda ketika turun hujan. Ya, kali ini Anda benar. Ternyata atap rumah Anda bocor. Untuk mengatasi hal ini, yang perlu Anda lakukan hanyalah menutup kebocoran di atap itu. Kalau atap yang bocor itu sudah Anda tutup, insya Alloh masalah lantai yang tergenang air tidak akan mengganggu Anda lagi. Masalah air yang tergenang di lantai hanyalah simbol atau perumpamaan dari semua masalah yang kita alami dalam hidup ini.
Masalah yang sama akan terus menerus datang jika kita tidak berupaya mengatasi akarnya. Lalu apa sebenarnya akar permasalahan dalam kehidupan kita? Seperti cerita perumpamaan lantai yang tergenang air, kita terlalu fokus dengan masalah di bawah, sementara kita lupa melihat ke atas, melihat sesuatu yang lebih tinggi dari kita, zat Yang Maha Tinggi. Kita lupa bahwa masalah kita di dunia ada pembuatnya, ada yang mengendalikan masalah itu, Dia-lah Alloh SWT. Alloh ciptakan masalah itu agar kita ingat kepada-Nya, kembali ke jalan-Nya, kembali melakukan apa yang Ia perintahkan, dan kita segera menghentikan segala perbuatan yang Ia larang tetapi terus kita kerjakan.
Ok, sekarang kita sudah ingat Alloh SWT, lalu apa yang harus kita kerjakan?
Pertama, kita harus melakukan analisis terlebih dahulu, kita sebut proses ini sebagai analisis kebocoran. Biasanya, kebocoran itu terjadi di antara 10 lubang, yakni 10 Dosa Besar (10 DB). Untuk memudahkan Anda melakukan analisis ini, berikut ini saya berikan 10 pertanyaan yang perlu Anda jawab dengan sejujur-jujurnya, cukup jawab dalam hati saja, tidak perlu Anda kirim sms ke saya jawabannya.
- Pernahkah Anda pergi ke dukun, paranormal, tukang ramal, “orang pintar”, atau menyimpan benda-benda yang Anda anggap keramat? mempercayai selain Allah SWT ?
- Pernahkah Anda meninggalkan sholat, tidak mengerjakan salah satu sholat lima waktu, atau selalu sholat di akhir waktu?
- Pernahkah Anda bermain judi, taruhan, mengadu binatang, atau mengirim sms undian berhadiah berkali-kali?
- Pernahkah Anda minum alkohol, bir, minuman keras lainnya, memakan/minuman yang diharamkan Al-quran atau mengisap ganja/narkoba?
- Pernahkah Anda melakukan hubungan suami-istri di luar nikah? Pacaran?, Berzina ?
- Pernahkah Anda menyakiti perasaan orang tua Anda, berkata-kata kasar kepada orang tua Anda, atau tidak mendoakan kebaikan untuk kedua orang tua Anda?
- Pernahkan Anda memakan sesuatu yang bukan hak Anda, dari hasil menipu, mencuri, menyakiti atau menzolimi orang lain, bunga dari bank atau bunga piutang orang lain kepada Anda, atau mengambil hak anak yatim?
- Pernahkah Anda memutuskan hubungan silaturrahmi dengan saudara, keluarga, tetangga, teman, atau orang lain?
- Pernahkan Anda membunuh, memfitnah, atau menggunjing orang?
- Anda jarang sekali bersedekah kepada fakir, miskin, dan anak yatim, atau sedekah Anda selama ini kurang dari 10% penghasilan Anda?
- Seberapa banyak larangan Allah SWT yang sudah dilanggar semenjak akil balig ? coba diingat
- Pernahkan Anda Melakukan transaksi RIBA ? Memberi nafkah , berpenghasilan dari transaksi Ribawi?
BACA JUGA: (Hukuman & Dosa Bagi Orang yang Berniat Tidak Membayar Hutangnya)
Inilah akar permasalahan sebenarnya, rezeki Anda seret bukan karena Anda tidak mampu bekerja dan menghasilkan uang, jodoh Anda jauh bukan karena wajah Anda yang tak rupawan, kesehatan Anda selalu terganggu bukan karena daya tahan tubuh Anda lemah, musibah sering Anda alami bukan karena Anda bernasib malang, tapi semua itu adalah karena ada yang bocor, Anda pernah melakukan salah satu dosa besar sehingga Alloh SWT belum bersimpati kepada Anda.
Setelah kita temukan akar permasalahannya, maka langkah kedua adalah kita tutup lubang yang bocor itu. Cara menutupnya adalah dengan bertobat kepada Alloh SWT dan sebanyak mungkin mentaati apa yang Allah SWT larang..
Perbanyaklah shalat wajib berjamaah di masjid, minimal waktu Shubuh dan Isya
Jangan tertinggal dari Takbir Imam, dan jangan langsung pergi ketika shalat selesai....
Jangan tertinggal dari Takbir Imam, dan jangan langsung pergi ketika shalat selesai....
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berdo’a di akhir shalat (sebelum salam):
ALLAHUMMA INNI A’UDZU BIKA MINAL MA’TSAMI WAL MAGHROM (Ya Allah, aku berlindung kepadamu dari berbuat dosa dan banyak utang).”
Lalu ada yang berkata kepada beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Kenapa engkau sering meminta perlindungan adalah dalam masalah hutang?” Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika orang yang berhutang berkata, dia akan sering berdusta. Jika dia berjanji, dia akan mengingkari.”(HR. Bukhari no. 2397)
Adapun hutang yang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berlindung darinya adalah tiga bentuk hutang:
[1] Hutang yang dibelanjakan untuk hal-hal yang dilarang oleh Allah dan dia tidak memiliki jalan keluar untuk melunasi hutang tersebut.
[2] Berhutang bukan pada hal yang terlarang, namun dia tidak memiliki cara untuk melunasinya. Orang seperti ini sama saja menghancurkan harta saudaranya.
[3] Berhutang namun dia berniat tidak akan melunasinya. Orang seperti ini berarti telah bermaksiat kepada Rabbnya.
[1] Hutang yang dibelanjakan untuk hal-hal yang dilarang oleh Allah dan dia tidak memiliki jalan keluar untuk melunasi hutang tersebut.
[2] Berhutang bukan pada hal yang terlarang, namun dia tidak memiliki cara untuk melunasinya. Orang seperti ini sama saja menghancurkan harta saudaranya.
[3] Berhutang namun dia berniat tidak akan melunasinya. Orang seperti ini berarti telah bermaksiat kepada Rabbnya.
Kenapa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sering berlindung dari hutang ketika shalat?
Ibnul Qoyyim dalam Al Fawa’id (hal. 57, Darul Aqidah) mengatakan,
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam meminta perlindungan kepada Allah dari berbuat dosa dan banyak hutang karena banyak dosa akan mendatangkan kerugian di akhirat, sedangkan banyak utang akan mendatangkan kerugian di dunia.”
Ibnul Qoyyim dalam Al Fawa’id (hal. 57, Darul Aqidah) mengatakan,
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam meminta perlindungan kepada Allah dari berbuat dosa dan banyak hutang karena banyak dosa akan mendatangkan kerugian di akhirat, sedangkan banyak utang akan mendatangkan kerugian di dunia.”
Perbanyak istigfar dikala hati sedih dan gelisah,
ingatlah dosa yang penah kita klakukan dahulu, anggap semua ini terjadi akibat akumulasi dosa yang kita lakukan.. lebih baik dibalas di dunia daripada Allah membalasnya kelak di akhirat..
Niatkanlah semua ibdah yg kita lakukan agar ALLAH SWT memudahkan urusan dunia kita
Terkabul atau tidaknya itu adalah Hak Allah SWT, Ia akan membalas usaha apa yang kita lakukan secara sempurna entah di dunia atau akhirat kelak..
Berhati hati berhutang/kredit/mencicil sesuatu..
Allah SWT lebih menyukai Muslim yang hidup sederhana dibandingkan yang berlebih-lebihan, megah-megahan, sombong akan harta benda atau boros. Hidup sederhana akan mencegah orang untuk berhutang, Ia akan lebih senang bekerja lebih giat, menabung, dan bersedekah kepada tetangga/orang yang ada disekitar yang kurang mampu, yatim piatu, dan lainnya.
"Berhati-hatilah dalam berhutang. Sesungguhnya berhutang itu suatu kesedihan (kerisauan) pada malam hari dan kerendahan diri (kehinaan) di siang hari." (HR. Ibnu Babawih dan Al-Baihaqi)
Jika dia bekerja untuk mencukupi kebutuhan anaknya yang masih kecil, maka itu termasuk fi sabilillah.
Jika dia bekerja untuk mencukupi kebutuhan kedua orang tuanya yang sudah tua, maka itu termasuk fi sabilillah.
Jika dia bekerja untuk menutupi kebutuhan dirinya, sehingga tidak membutuhkan milik orang lain, maka termasuk fi sabilillah.
Namun jika dia bekerja untuk meningkatkan status sosial dan berbangga-bangga dengan penghasilan, maka dia berada di jalan setan.
(HR. Thabrani)
“Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya terdapat sebesar biji sawi kesombongan,”
(HR. Muslim).
modified by agunkzscreamo
references by
liputan6,
http://irwanyusriadi.blogspot.co.id/2010/08/penyebab-timbulnya-masalah-kehidupan.html
http://www.bintang.com/success/read/2367694/5-cara-mudah-agar-kamu-tidak-berutang-di-usia-muda
https://pengusahamuslim.com/4544-adakah-yang-masih-terlilit-hutang.html
https://rumaysho.com/2274-agar-tidak-terjerumus-dalam-riba.html